Reuni ITB 1985: 8uild & 5hare
Reuni ITB 1985: 8uild & 5hare
Oleh
Gede H. Cahyana
Reuni,
reunion, bersatu lagi, ngumpul lagi.
Bertemu teman-teman angkatan 1985, angkatan tri dasawarsa lalu, generasi
penikmat lapangan hijau di tengah kampus yang sudah bermetamorfosis menjadi “sky scaper”. Inilah sentra lokasi
sosialisasi, pelokalan area kampus yang luas, mulai dari Jln, Tamansari hingga Jln.
Ganesa dan Jln. Juanda. Bertema 8uild
& 5hare (baca: build & share), reuni yang digelar di Aula Barat ini
berhasil menampilkan acara meriah, dengan beragam “hadiah pintu” (h h hm, door prize),
juga gelaran Indonesian Beatles, sebuah grup musik yang melanda kuat generasi
80-an awal, penikmat lagu John Lennon yang baru saja “berpulang” pada waktu
itu. Dekade 80-an adalah generasi penikmat Beatles, selain Queen, Rolling
Stone, Rod Stewart, dan tentu saja Ebiet G. Ade.
Jargon bahwa “yang abadi adalah perubahan” memperoleh aspek legal dan faktanya di reuni tahun 2015 ini. Semua berubah. Tak ada yang tetap. Tiada yang abadi. Ada kawan yang dulu kurus, sekarang gemuk. Ada yang dulu gemuk, sekarang kurus. Banyak juga yang dulu berada di dunia hitam, tetapi sekarang sudah di dunia putih (baca: rambut memutih menandakan bijak bestari, semoga h h hm). Yang dulu ganteng, sekarang makin ganteng. Yang dulu cantik, sekarang tambah cantik dan makin baik. Yang dulu single, malah sekarang tidak sekadar double. Ada yang malah triple. H h hm. Generasi penerus apalagi. Tidak sekadar jumlah dan usia anak, malah banyak yang akan bercucu atau sudah bercucu. Betapa singkatnya waktu ini. Dulu, 30 tahun lalu, adalah generasi yang bertampang “tjulun”, lantas akibat “kekejaman waktu”, berubah menjadi kalangan keren, gagah, dan mandiri. Bijak dan dewasa. Wow…, luar biasa, generasi 1985 ITB, generasi Beatles.
Di
jurusan juga demikian. Di Teknik Lingkungan maksud saya. Tim kecil yang terdiri
atas kalangan aktivis (he he he), beberapa di antaranya adalah Dadang Purnama,
Agus Sunara, Novera D, Wita Purwasih, dan… banyak lagi yang lain… berhasil
mendudukkan 34 orang di dalam meja-meja makan sambil menikmati dinner yang khas,
dihias ubi Cilembu, dendeng, ayam bakar, bandrek/bajigur, teh-kopi dan
lain-lain. Di tengah himpitan dingin dan angin malam kawasan Cibodas, dekat
Maribaya, Lembang, Bandung Utara, pada pukul 22.30 menyala pula api unggun. Di
sekitar api unggun inilah Zulfikar, seorang penulis buku, mengajak kita untuk
relaksasi dengan menepuk-nepuk badan sendiri (bukan badan teman sebelah lho…),
Disambung oleh Ivan, lalu Dadang, lantas Lili, juga Kety, Novera… dst.
Lingkaran
api unggun ini seperti replika pada saat OS 30 tahun lalu. Masa 30 tahun itu
tampak lekat di pelupuk mata, seolah-olah baru saja terjadi. Baru saja. Kucubit
lengan… eh sakit. Berarti ini nyata, bukan mimpi di tengah malam. Menjelang
tengah malam, acara tuntas, ada yang tidur, ada juga yang menyanyi karaoke. Oke
dech, suaranya. Apalagi Anita (Nia) dan Zulfikar, yang tadi siang, tampil
menyanyi di panggung Aula Barat. Tak disangka, begitu emas suaranya. Good luck.
Masih
banyak lagi yang ingin ditulis, tentang teman-teman dari jurusan lain, dari lintas
fakultas, tapi…. sudahi dulu saja. Build & share, 8uild & 5hare ITB 1985.
*
1 Comments:
Sip bli, mantap...
Kapan kita ngumpul lagi?
Posting Komentar
<< Home