Tawas, Penjernih Air Sungai
Oleh
Gede H. Cahyana
Nyaris
semua teknologi pengolahan air minum menggunakan tawas dan variannya untuk
men- jernihkan air sungai. Selain karena harganya yang relatif murah, juga karena
mudah diperoleh di pasar/toko. Tawas adalah nama pasar untuk aluminum sulfat
dan sudah lama diterapkan dalam pengolahan air di PDAM. Akibatnya, tawas pun
menjadi salah satu zat penambah konsentrasi aluminum dalam air minum yang dapat
berdampak negatif pada kesehatan.
Namun demikian, aluminum sesungguhnya
terkandung dalam air tanah dan air sungai secara alamiah. Dalam proses
pengolahan air atau lebih tepat adalah penjernihan air diperlukan koagulan
untuk memisahkan zat padat penyebab kekeruhan seperti koloid dan padatan tersuspensi
(suspended solid). Selain itu bisa juga digunakan
ferisulfat. Fungsi tawas dan ferisulfat ialah untuk menghilangkan kestabilan
koloid atau destabilisasi agar koloid bisa bergabung menjadi besar dan berat,
membentuk makroflok sehingga mudah mengendap.
Pada proses ini biasanya dilarutkan
juga polimer untuk membantu penggumpalan. Polimer ini mirip tangan-tangan yang
menjalar-jalar kian kemari lalu merengkuh banyak koloid dan menggabungkannya
dengan yang lain. Dengan proses kimia ini, setelah melewati unit pengendap atau
sedimentasi, air baku yang keruh sudah lumayan jernih. Tinggal disaring lagi di
unit filter. Namun demikian, dan ini persoalannya, air yang dihasilkannya kaya aluminum.
Apalagi tawas bisa mengandung krom dan merkuri yang berasal dari bahan bakunya,
bauksit. Keduanya termasuk zat berbahaya-beracun.
Sumber lainnya adalah alat pemanas air
seperti panci dan teko. Bisa disebutkan, setiap keluarga memiliki alat ini.
Aluminum dalam air minum bisa tinggi konsentrasinya karena kita menggunakan
panci aluminum. Apalagi kalau airnya asam atau merebus masakan berasam (pH-nya
rendah). Aluminum yang tinggi konsentrasinya dalam air minum dapat menimbulkan
problem kesehatan seperti indikasi penyakit alzhemir, alzheimer
(pikun, ketuaan).
Karena itulah banyak yang lantas
menggantinya dengan ferisulfat atau garam besi sebagai koagulan. Secara
ekonomis, senyawa ini lebih mahal daripada tawas. Namun bukan berarti
masalahnya kemudian lenyap seketika. Sebab, besi pun berefek samping. Walaupun
kita perlu zat besi tetapi kalau kelebihan tentu tidak baik bagi kesehatan.
Begini salah, begitu salah? Terus, bagaimana jalan keluarnya?
Nah, yang perlu dicari adalah cara
agar dosisnya tepat dan airnya jernih agar tidak berbahaya bagi manusia dan
hewan ternak. Inilah kewajiban PDAM untuk mencarikan dosis optimumnya agar
pelanggan setianya tidak sampai sakit ginjal akibat aluminum dan harus rutin
cuci darah (hemodialisis). Dalam jangka panjang dapat meningkatkan efisiensi
dana dan tenaga kerja. Produktivitas pun lantas meningkat.
Berikut ini disajikan karakteristik tawas
dan PAC.
Polyaluminum
Chloride (PAC)
Polialuminum
klorida termasuk koagulan kompleks berbasis alumunum klorida dengan rumus
molekul:
[Al2
( OH )mCl 6-n ]m
Keunggulan PAC:
- mudah digunakan dan ditangani
- floknya lebih
besar dan berat daripada aluminum sulfat.
- lumpurnya relatif
sedikit dibandingkan dengan koagulan lain.
-
rentang pH-nya antara 6.0 – 9.0
-
karena berat, waktu endapnya lebih singkat daripada tawas
Foto: indonetwork.co.id
Karakteristik
|
PAC
|
Tawas
|
Rumus molekul
|
(Al2(OH)m(Cl6-n)5
|
Al2(SO4)3.nH2O
|
Bentuk
|
serbuk,
cair
|
serbuk,
cair
|
Harga
|
Lebih
mahal
|
murah
|
Sumber
air
|
air
sungai
|
air
sungai
|
Rentang
pH
|
6.0
– 9.0
|
5.0
– 7.0
|
Foto: indonetwork.co.id
3 Comments:
Waduhh ternyata bener juga kalo dugaan saya tawas itu bahaya dan sekarang sudah ada artikelnya. Thanks berat atas penjelasannya.
Memang sangat memungkinkan membuat penjernih air dengan sesederhana itu.
Jadi penjernih air lebih baik menggunakan pac gan...?
Posting Komentar
<< Home